MOA
INSEKTISIDA
Inhibitor
Biointesis Chitin untuk Insektisida
Chitin adalah homopolimer dari N-asetilglucosamine (gambar
1) yang ditemukan pada
invertebrata khususnya pada serangga dan crustaseae, yang berfungsi untuk
memberikan rigiditas (kekakuan) dan melindungi barrier (sawar). Struktur kimia kitin mirip dengan sellulosa
tetapi struktur kristalnya sangat keras karena adanya gugus asetamida pada
posisi C2 menggantikan gugus –OH pada sellulosa, sehingga hanya sedikit solven
yang dapat melarutkannya.
Gambar 1. Struktur chitin
Kitin adalah komponen
utama penyusun dinding eksoskeleton crustaceae,
kurtikula serangga, nematoda, dan mikofauna.
Beberapa senyawa
alami yang mampu menghambat biosintesis kitin yaitu Trehazolin (21) yaitu turunan
aminocyclitol N-substituted cyclic isourea, penghambat (in vitro) pada
trehalase.
Trehalase
adalah enzim yang dibutuhkan untuk hidrolisis trehalose (22) yaitu
prekusor karbohidrat pada kitin. Allosamidin (23) merupakan turunan karbohidrat isourea, mempunyai
aktifitas menghambat yang tinggi pada kitinase (enzim untuk
hidrolisis kitin). Baik trehazolin dan allosamidin mempunyai banyak gugus
hidroksi, sehingga dapat menembus kulit luar serangga dan
mencapai spesifik targetnya.
Nikkomycin dihasilkan dari kultur Streptomyces
tendae, sebagai inhibitor sintesis kitin paling kuat. Difluorobenzuron adalah inhibitor dengan
efisiensi tinggi dan selektif terhadap tingkat larva lepidopteran, tidak
bersifat akut dan kronis, aman bagi ikan dan invertebtara akuatik. Heksaflumuron menunjukkan aktivitas kuat
terhadap larva anai-anai. Terganggunya
proses pembentukan kitin larva tidak dapat melanjutkan pertumbuhannya secara
normal dan akhirnya mati.
Senyawa dengan aktifitas antifeedant (Fig.14) yaitu mempunyai aktifitas insektisida, mengandung senyawa
oxadiazole dan turunan pyridazinone. Senyawa ini
mampu menghambat pembentukan N-asetilglukoaminase sampai biosintesis kitin dan
aktifitas antifeedant pada larva serangga.
Berikut ini jenis insektisida penghambat biosintesis
kitin yang ada di pasaran dan cara kerjanya.
a. Flufenoksuran;
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1988. Inseksida dan akarisida dari sub-kelompok
benzoylurea ini bertindak sebagai racun kontak dan racun perut serta bekerja
sebagai penghambat sintesis kitin. Serangga dewasa yang terpapar oleh
insekstisida ini akan menghasilkan telur yang tidak subur. Flufeneksuron
digunakan untuk mengendalikan stadia nimfa dari berbagai jenis tungau (Aculus,
Brevipalpus, Panonichus, Phyllocoptruta, dan Tetranichus) serta berbagai
serangga hama. LC50 inhalasi (4 jam, tikus) 5 mg/liter udara ; dan NOEL
(1 tahun, anjing 100 mg/kg diet.
b. Heksaflumuron;
diperkenalkan pada tahun 1983. Keluarga
sub-kelas bensoylurea ini merupakan insektisida penghambat sintesis kitin yang bersifat
sistemik dan bekerja terutama sebagai racun perut. Dalam bidang pertanian, heksaflumuron
digunakan untuk mengendalikan serangga hama dari ordo Lepidoptera, Coleoptera,
Homoptera, dan dipteral pada buah-buahan, kapas, dan kentang. LD50
(tikus) sekitar > 5.000 mg/kg tidak menyebabkan iritasi kulit dan mata (kelinci);
LC50 inhalasi 2,5 mg/liter udara; NOEL (2 tahun,tikus) 75 mg/kg
hari; dan ADI 0,02mg/kg berat badan.
c. Lufenuron;
dipublikasikan pertama kali pada tahun 1989 dan dipasarkan pada tahun1990.
Insektisida dan akarisida benzoylurea ini bekerja sebagai racun perut dengan
mode of action penghambat sintesis kitin sehingga serangga yang memakannya
tidak bisa bermetamorfosa dan berhenti makan. Lufenuran diaplikasikan untuk mengendalikan
Lepidoptera, Coleoptera, kutu kebul, serta beberapa tungau pada sayuran,
buah-buahan, dan tanaman lainnya. Lufenuron juga digunakan dalam kesehatan
hewan. LD50 (tikus) sekitar >2.000 mg/kg; LD50 (dermal
tikus) sekitar > 2.000 mg/kg tidak menyebabkan iritasi kulit dan mata; LC50
inhalasi (4 jam, tikus) > 2,35 mg/liter udara; NOEL (1 tahun, anjing)
2 mg/Kg bb/hari; dan ADI 0,01 mg/kg bb.
d. Novaluron;
merupakan insektisida racun kontak dan racun perut yang bekerja dengan
menghambat senyawa kitin. Anggota
sub-kelompok benzoylurea ini dikembangkan untuk mengendalikan larva
Lepidoptera, kutu kebul (Bemisia tabaci), penggorok daun pada beberapa tanaman
buah dan sayuran, serta jagung dan kapas. LD50 (tikus) sekitar > 5.000
mg/kg; LD50 dermal (tikus) > 2.000 mg/kg tidak menyebabkan
iritasi kulit dan mata; LC50 Inhalasi (4 Jam,Tikus) > 5,15
mg/liter udara; NOEL (2 tahun, tikus) 1,1 mg/kg berat badan/hari.
e. Triflumuron;
diumumkan pertama kali pada tahun 1979. Inseksida dari sub-kelompok benzoylurea ini
bekerja sebagai penghambat sintesis kitin dan bertindak sebagai racun perut. Triflumuron digunakan untuk mengendalikan
larva Lepidoptera, Diptera, dan Coleoptera. LD50 (tikus) sekitar > 5.000
mg/kg ; LD 50 dermal (tikus) > 5.000 mg/kg tidak menyebabkan
iritasi kulit dan mata; LC50 inhalasi (4 jam, tikus
0,12 mg/liter udara; NOEL (1 tahun, tikus) 20 mg/kgdiet; dan ADI 0,0072 mg/kg
berat badan.
f. Teflubenzuron; diumumkan pada tahun 1983 dan dipasarkan pada tahun 1984. Teflubenzuron
termasuk dalam sub kelompok organofluorurea dan merupakan penghambatsintesis
kitin. Non-sistemik, bekerja terutama
sebagai racun perut. Teflubenzuron
berpengaruh terhadap kesuburan serangga betina yang terkena teflubenzuron baik
secara kontak maupun termakan dan digunakan untuk mengendalikan Lepidoptera, Coleoptera,
Diptera, Aleyrodidae, Hymenoptera, Psyllidae, dan Hemiptera pada berbagai
tanaman sayuran serta buah-buahan. LD50
(tikus) sekitar > 5.000 mg/kg ; LD50 dermal (tikus) >
2.000 mg/kg tidak menyebabkan iritasi kulit dan mata; LC50 Inhalasi
> 5.000 mg dust/liter udara; NOEL (2 tahun, tikus) 8 mg/kg bb/hari; dan ADI
0,01 mg/kg bb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar